Friday, May 7, 2010

Penyakit Keturunan yang sulit untuk dicegah!

Assalamulaikum..

Setiap orang pasti menginginkan tubuh yang sehat dan terbebas dari segala macam penyakit. Tapi beberapa penyakit tertentu tidak bisa dicegah keberadaannya karena termasuk penyakit genetik yang diturunkan.

Penyakit keturunan adalah suatu penyakit kelainan genetik yang diwariskan dari orangtua kepada anaknya. Namun ada orangtua yang hanya bertindak sebagai pembawa sifat (carrier) saja dan penyakit ini baru muncul setelah dipicu oleh lingkungan dan gaya hidupnya.

Seperti dikutip dari International Bioscience, ada beberapa penyakit keturunan yang sangat serius karena bisa diturunkan pada generasi berikutnya. Orangtua yang memiliki gen penyakit turunan, sebaiknya segera memeriksakan anaknya.

Ada beberapa penyakit turunan yang secara otomatis diturunkan ke anak atau generasi berikutnya, yaitu:

Pengurus DEW 1 FULDFK Periode 2010-2011 !

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh ...

Bismillahirrahmanirrahim ...
Alhamdulillah, akhirnya setelah melalui beberapa proses, terbentuklah Pengurus Dewan Eksekutif Wilayah FULDFK periode 2010-2011 yang Insya Allah, Saudara-Saudara kita ini yang akan mengemban misi dakwah dengan berbasis kompetensi kesehatan ... mohon doanya :>
keep istiqamah !

Ketua : Benny Antama Syant (UNAND)
Sekretaris : Andromeda Pahlevi (UNILA)
Bendahara : Wiladatika Syahbuddin (UNSYIAH)

Departemen Pengembangan Lembaga Dakwah Fakultas (DPL)
Kepala Departemen : Muhammad Ikhwan UNRI
Staf : Abdullah Azmi UNSYIAH
Yuristia Paldista UNSYIAH
Rizkia Ika Fadila UNSYIAH
Syaifullah USU
Chandra Akbar UISU
T. M. Luthfi UISU
Wahyudi Firmana UNAND
Khairat AS UNAND
Siti Rahayu UNBRAH
Era Sulistia UNBRAH
Andika Siswanta UNRI
Elita Purnamasari UNJA
Wahyuni Utami UN JA
Marlinawati UNJA
Hendra Nopriansyah UNSRI
M. Dani Hamid Arma UNSRI
Rischa Rahmawati UNIMAL
Nanang UNILA
Aroma Harum UNILA

Departemen Kajian Kedokteran Islam dan Advokasi (KKIA)
Kepala Departemen : Assiyah Amatullah UNBRAH
Staf : Ghisheila Julinda Tami UNSYIAH
Melissa UNSYIAH
Dani Bangun Sakti Hasibuan USU
Fitrah Sari USU
Sita Annisa UISU
Silfa Aisa UISU
Imil Irsal Imran UNAND
Harjinis Taufik Rahman UNBRAH
Bulqis Vellaya Arlem UNRI
Pradinaseta UNJA
Assiyatur Raudah UNJA
Viko Dupa Dilan UNSRI
Desi Oktarina UNSRI
Nidie Putri UNIMAL
Sulaiman UNILA
Galih UNILA


Departemen Kemuslimahan
Kepala Departemen : Adinda Paramartha UNSRI
Staf : Uswah UNSYIAH
Intan Maulana UNSYIAH
Rahma Sari USU
Endra Kristina UISU
Sulfiana UISU
Rezi UNAND
Lusiana matondang UNBRAH
Rahmawati Andri UNBRAH
Ida Fitri UNBRAH
Uswatul Hasanah UNRI
Rina Andriani UNRI
Ardila Rukmana UNJA
Cici Damaiyanti UNJA
Tristina UNSRI
Mustika Fatimah UNSRI
Yunita UNIMAL
Titi Multisari UNIMAL
Diraifa Intancia UNILA
Mega Noviasari UNILA

Departemen Finansial
Kepala Departemen : Ridza Wisda Arvika Lubis UNSYIAH
Staf : Bengi Muthmainnah UNSYIAH
Septiana Hasni UISU
Amna Resti Gusandi UNAND
Rezkianti Anggraini UNAND
Jusliani UNBRAH
Mona Ahyar UNBRAH
Tria Juwita UNRI
Ratih Suci Jaya UNJA
Kamal Faruq UNJA
Wiwin Meriana UNSRI
Vera Kurnia Sari UNSRI
Etika UNSRI
Wahyu Setiawan UNIMAL
Emi Andriyani UNIMAL

Departemen Humas dan Informasi Teknologi
Kepala Departemen : Mohammad Iqbal Fenoza UNIMAL
Staf : M. Rizki Ramadhan UNSYIAH
Annisa Waqoh UNSYIAH
Hadi yatno UISU
M. Ichsan UISU
Yudhia Wiraswati UNAND
Yogi Prima UNBRAH
Fareiz Aulia Firman UNBRAH
Indah Prasetya Putri UNRI
Zakiah Fitriyanti UNRI
Putut Marlindra UNJA
Kambali UNJA
Adin P UNSRI
Nia Wahyuni UNSRI
M. Aminuddin UNIMAL
Bais Subaiki UNILA
Putri Renica UNILA



MARI BERUKHUWAH UNTUK MENJAWAB TANTANGAN !

Belajar Bahasa Arab Yuk…

Assalamulaikum..


Penyusun: Divisi Lughoh Lembaga Bimbingan Islam Al-Atsary

Tidak perlu diragukan lagi, memang sepantasnya seorang muslim mencintai bahasa Arab dan berusaha menguasainya. Allah telah menjadikan bahasa Arab sebagai bahasa Al-Qur’an karena bahasa Arab adalah bahasa yang terbaik yang pernah ada sebagaimana firman Allah:

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ قُرْآنًا عَرَبِيًّا لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ

“Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al Quran dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya.”


Ibnu katsir berkata ketika menafsirkan surat Yusuf ayat 2 di atas: “Yang demikian itu (bahwa Al -Qur’an diturunkan dalam bahasa Arab) karena bahasa Arab adalah bahasa yang paling fasih, jelas, luas, dan maknanya lebih mengena lagi cocok untuk jiwa manusia. Oleh karena itu kitab yang paling mulia (yaitu Al-Qur’an) diturunkan kepada rosul yang paling mulia (yaitu: Rosulullah), dengan bahasa yang termulia (yaitu Bahasa Arab), melalui perantara malaikat yang paling mulia (yaitu malaikat Jibril), ditambah kitab inipun diturunkan pada dataran yang paling mulia diatas muka bumi (yaitu tanah Arab), serta awal turunnya pun pada bulan yang paling mulia (yaitu Romadhan), sehingga Al-Qur an menjadi sempurna dari segala sisi.” (Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir surat Yusuf).

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Berkata: “Sesungguhnya ketika Allah menurunkan kitab-Nya dan menjadikan Rasul-Nya sebagai penyampai risalah (Al-Kitab) dan Al-Hikmah (As-sunnah), serta menjadikan generasi awal agama ini berkomunikasi dengan bahasa Arab, maka tidak ada jalan lain dalam memahami dan mengetahui ajaran Islam kecuali dengan bahasa Arab. Oleh karena itu memahami bahasa Arab merupakan bagian dari agama. Keterbiasaan berkomunikasi dengan bahasa Arab mempermudah kaum muslimin memahami agama Allah dan menegakkan syi’ar-syi’ar agama ini, serta memudahkan dalam mencontoh generasi awal dari kaum Muhajirin dan Anshar dalam keseluruhan perkara mereka.” (Iqtidho Shirotil Mustaqim).

Sungguh sangat menyedihkan sekali, apa yang telah menimpa kaum muslimin saat ini, hanya segelintir dari mereka yang mau mempelajari bahasa Arab dengan serius. Hal ini memang sangat wajar karena di zaman modern ini banyak sekali kaum muslimin tenggelam dalam tujuan dunia yang fana, Sehingga mereka enggan dan malas mempelajari bahasa Arab. Karena mereka tahu tidak ada hasil duniawi yang bisa diharapkan jika pandai berbahasa Arab. Berbeda dengan mempelajari bahasa Inggris, kaum muslimin di saat ini begitu semangat sekali belajar bahasa Inggris, karena mereka tahu banyak tujuan dunia yang bisa diperoleh jika pandai bahasa Inggris, sehingga kita dapati mereka rela untuk meluangkan waktu yang lama dan biaya yang banyak untuk bisa menguasai bahasa ini. Sehingga kursus-kursus bahasa Inggris sangat laris dan menjamur dimana-mana walaupun dengan biaya yang tak terkira. Namun bagaimana dengan kursus bahasa Arab…??? seandainya mereka benar-benar yakin terhadap janji Allah Ta’ala untuk orang yang menyibukkan diri untuk mencari keridhoanNya, serta yakin akan kenikmatan surga dengan kekekalannya, niscaya mereka akan berusaha keras untuk mempelajari bahasa arab. Karena ia adalah sarana yang efektif untuk memahami agama-Nya.

Kenyataan ini tidak menunjukkan larangan mempelajari bahasa Inggris ataupun lainnya. Tapi yang tercela adalah orang yang tidak memberikan porsi yang adil terhadap bahasa arab. Seyogyanya mereka juga bersemangat dan bersungguh-sungguh dalam mempelajari bahasa Arab.

Syaikh Utsaimin pernah ditanya: “Bolehkah seorang penuntut ilmu mempelajari bahasa Inggris untuk membantu dakwah ?” Beliau menjawab: “Aku berpendapat, mempelajari bahasa Inggris tidak diragukan lagi merupakan sebuah sarana. Bahasa Inggris menjadi sarana yang baik jika digunakan untuk tujuan yang baik, dan akan menjadi jelek jika digunakan untuk tujuan yang jelek. Namun yang harus dihindari adalah menjadikan bahasa Inggris sebagai pengganti bahasa Arab karena hal itu tidak boleh. Aku mendengar sebagian orang bodoh berbicara dengan bahasa Inggris sebagai pengganti bahasa Arab, bahkan sebagian mereka yang tertipu lagi mengekor (meniru-niru), mengajarkan anak-anak mereka ucapan “selamat berpisah” bukan dengan bahasa kaum muslimin. Mereka mengajarkan anak-anak mereka berkata “bye-bye” ketika akan berpisah dan yang semisalnya. Mengganti bahasa Arab, bahasa Al-Qur’an dan bahasa yang paling mulia, dengan bahasa Inggris adalah haram. Adapun menggunakan bahasa Inggris sebagai sarana untuk berdakwah maka tidak diragukan lagi kebolehannya bahwa kadang-kadang hal itu bisa menjadi wajib. Walaupun aku tidak mempelajari bahasa Inggris namun aku berangan-angan mempelajarinya. terkadang aku merasa sangat perlu bahasa Inggris karena penterjemah tidak mungkin bisa mengungkapkan apa yang ada di hatiku secara sempurna.” (Kitabul ‘Ilmi).

Dan termasuk hal yang sangat menyedihkan, didapati seorang muslim begitu bangga jika bisa berbahasa Inggris dengan fasih namun mengenai bahasa Arab dia tidak tahu?? Kalau keadaannya sudah seperti ini bagaimana bisa diharapkan Islam maju dan jaya seperti dahulu. Bagaimana mungkin mereka bisa memahami syari’at dengan benar kalau mereka sama sekali tidak mengerti bahasa Arab…???

Hukum Orang yang Mampu Berbahasa Arab Namun Berbicara Menggunakan Bahasa Selain Bahasa Arab

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Berkata: “Dibenci seseorang berbicara dengan bahasa selain bahasa Arab karena bahasa Arab merupakan syiar Islam dan kaum muslimin. Bahasa merupakan syiar terbesar umat-umat, karena dengan bahasa dapat diketahui ciri khas masing-masing umat.” (Iqtidho Shirotil Mustaqim).

Asy-Syafi’iy berkata sebagaimana diriwayatkan As-Silafi dengan sanadnya sampai kepada Muhammad bin Abdullah bin Al Hakam, beliau berkata: “Saya mendengar Muhammad bin Idris Asy-syafi’iy berkata: “Allah menamakan orang-orang yang mencari karunia Allah melalui jual beli (berdagang) dengan nama tu’jar (tujjar dalam bahasa Arab artinya para pedagang-pent), kemudian Rosululloh juga menamakan mereka dengan penamaan yang Allah telah berikan, yaitu (tujjar) dengan bahasa arab. Sedangkan “samasiroh” adalah penamaan dengan bahasa ‘ajam (selain arab). Maka kami tidak menyukai seseorang yang mengerti bahasa arab menamai para pedagang kecuali dengan nama tujjar dan janganlah orang tersebut berbahasa Arab lalu dia menamakan sesuatu (apapun juga-pent) dengan bahasa ‘ajam. Hal ini karena bahasa Arab adalah bahasa yang telah dipilih oleh Allah, sehingga Allah menurunkan kitab-Nya yang dengan bahasa Arab dan menjadikan bahasa Arab merupakan bahasa penutup para Nabi, yaitu Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Oleh karena itu, kami katakan seyogyanya setiap orang yang mampu belajar bahasa Arab mempelajarinya, karena bahasa Arab adalah bahasa yang paling pantas dicintai tanpa harus melarang seseorang berbicara dengan bahasa yang lain. Imam Syafi’iy membenci orang yang mampu berbahasa Arab namun dia tidak berbahasa Arab atau dia berbahasa Arab namun mencampurinya dengan bahasa ‘ajam.” (Iqtidho Shirotil Mustaqim).

Abu Bakar bin ‘Ali Syaibah meriwayatkan dalam Al Mushanaf: “Dari Umar bin Khattab, beliau berkata: Tidaklah seorang belajar bahasa Persia kecuali menipu, tidaklah seseorang menipu kecuali berkurang kehormatannya. Dan Atho’ (seorang tabi’in) berkata: Janganlah kamu belajar bahasa-bahasa ajam dan janganlah karnu masuk gereja – gereja mereka karena sesungguhnya Allah menimpakan kemurkaan-Nya kepada mereka, (Iqtidho Shirotil Mustaqim). Diriwayatkan bahwa Imam Ahmad berkata: “Tanda keimanan pada orang ‘ajam (non arab) adalah cintanya terhadap bahasa arab.” Dan adapun membiasakan berkomunikasi dengan bahasa selain Arab, yang mana bahasa Arab merupakan syi’ar Islam dan bahasa Al-Qur’an, sehingga bahasa selain arab menjadi kebiasaan bagi penduduk suatu daerah, keluarga, seseorang dengan sahabatnya, para pedagang atau para pejabat atau bagi para karyawan atau para ahli fikih, maka tidak disangsikan lagi hal ini dibenci. Karena sesungguhnya hal itu termasuk tasyabuh (menyerupai) dengan orang ‘ajam dan itu hukumnya makruh.” (Iqtidho Shirotil Mustaqim).

Khurasan, yang penduduk kedua kota tersebut berbahasa Persia serta menduduki Maghrib, yang penduduknya berbahasa Barbar, maka kaum muslimin membiasakan penduduk kota tersebut untuk berbahasa Arab, hingga seluruh penduduk kota tersebut berbahasa Arab, baik muslimnya maupun kafirnya. Demikianlah Khurasan dahulu kala. Namun kemudian mereka menyepelekan bahasa Arab, dan mereka kembali membiasakan bahasa Persia sehingga akhirnya menjadi bahasa mereka. Dan mayoritas mereka pun menjauhi bahasa Arab. Tidak disangsikan lagi bahwa hal ini adalah makruh. (Iqtidho Shirotil Mustaqim).

Pengaruh Bahasa Arab Dalam Kehidupan

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata: “Merupakan metode yang baik adalah membiasakan berkomunikasi dengan bahasa Arab hingga anak kecil sekalipun dilatih berbahasa Arab di rumah dan di kantor, hingga nampaklah syi’ar Islam dan kaum muslimin. Hal ini mempermudah kaum muslimin urituk memahami makna Al-Kitab dan As-Sunnah serta perkataan para salafush shalih. Lain halnya dengan orang yang terbiasa berbicara dengan satu bahasa lalu ingin pindah ke bahasa lain maka hal itu sangat sulit baginya. Dan ketahuilah…!!! membiasakan berbahasa Arab sangat berpengaruh terhadap akal, akhlak dan agama. Juga sangat berpengaruh dalam usaha mencontoh mereka dan memberi dampak positif terhadap akal, agama dan tingkah laku.” (Iqtidho Shirotil Mustaqim).

Sungguh benar apa yang dikatakan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, bahasa Arab memiliki pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan, akhlak, agama. Orang yang pandai bahasa Arab cenderung senang membaca kitab-kitab para ulama yang berbahasa Arab dan tentu senang juga membaca dan menghafal Al-Qur’an serta hadits-hadits Rasulullah. Sehingga hal ini bisa memperbagus akhlak dan agamanya. Berbeda dengan orang yang pandai berbahasa Inggris (namun tanpa dibekali dengan ilmu agama yang baik), dia cenderung senang membaca buku berbahasa Inggris yang jelas kebanyakannya merupakan karya orang kafir. Sehingga mulailah ia mempelajari kehidupan orang kafir sedikit demi sedikit. Mau tidak mau iapun harus mempelajari cara pengucapan dan percakapan yang benar melalui mereka, agar dia bisa memperbagus bahasa Inggrisnya. Bisa jadi akhirnya ia pun senang mempelajari dan menghafal lagu-lagu berbahasa Inggris (yang kebanyakan isinya berisi maksiat) dan tanpa sadar diapun mengidolakan artis atau tokoh barat serta senang mengikuti gaya-gaya mereka. Akhlaknya pun mulai meniru akhlak orang barat (orang kafir), dan mengagungkan orang kafir serta takjub pada kehebatan mereka. Akhirnya, diapun terjatuh dalam tasyabbuh (meniru-niru) terhadap orang kafir, menganggap kaum muslimin terbelakang dan ujung-ujungnya dia lalai dari mempelajari Al-Qur’an dan hadits-hadits Rasulullah.

Hukum Mempelajari Bahasa Arab

Syaikhul Islam Berkata: “Dan sesungguhnya bahasa Arab itu sendiri bagian dari agama dan hukum mempelajarinya adalah wajib, karena memahami Al-Kitab dan As-Sunnah itu wajib dan keduanya tidaklah bisa difahami kecuali dengan memahami bahasa Arab. Hal ini sesuai dengan kaidah:

مَا لاَ يَتِمٌّ الْوَاجِبُ إِلاَّ بِهِ فَهُوَ وَاجِبٌ

“Apa yang tidak sempurna suatu kewajiban kecuali dengannya maka ia juga hukumnya wajib.”

Namun disana ada bagian dari bahasa Arab yang wajib ‘ain dan ada yang wajib kifayah. Dan hal ini sesuai dengan apa yang diriwayatkan oleh Abu Bakar bin Abi Syaibah, dari Umar bin Yazid, beliau berkata: Umar bin Khattab menulis kepada Abu Musa Al-Asy’ari (yang isinya) “…Pelajarilah As-Sunnah, pelajarilah bahasa Arab dan I’roblah Al-Qur’an karena Al-Qur’an itu berbahasa Arab.”

Dan pada riwayat lain, Beliau (Umar bin Khattab) berkata: “Pelajarilah bahasa Arab sesungguhnya ia termasuk bagian dari agama kalian, dan belajarlah faroidh (ilmu waris) karena sesungguhnya ia termasuk bagian dari agama kalian.” (Iqtidho Shirotil Mustaqim).

Penutup

Bahasa Arab adalah bahasa Agama Islam dan bahasa Al-Qur’an, seseorang tidak akan dapat memahami kitab dan sunnah dengan pemahaman yang benar dan selamat (dari penyelewengan) kecuali dengan bahasa Arab. Menyepelekan dan menggampangkan Bahasa Arab akan mengakibatkan lemah dalam memahami agama serta jahil (bodoh) terhadap permasalahan agama.

Sungguh sangat ironis dan menyedihkan, sekolah-sekolah dinegeri kita, bahasa Arab tersisihkan oleh bahasa-bahasa lain, padahal mayoritas penduduk negeri kita adalah beragama Islam, sehingga keadaan kaum muslimin dinegeri ini jauh dari tuntunan Alloh Ta’ala dan Rasul-Nya.

Maka seyogyanya anda sekalian wahai penebar kebaikan… mempunyai andil dan peran dalam memasyarakatkan serta menyadarkan segenap lapisan masyarakat akan pentingya bahasa Al Qur’an ini, dengan segala kemampuan yang dimiliki, semoga Allah menolong kaum muslimin dan mengembalikan mereka kepada ajaran Rasul-Nya yang shohih. Tiada daya dan kekuatan melainkan dengan pertolongan Alloh Ta’ala. Segala puji hanyalah bagi Alloh Tuhan semesta alam.

Thursday, May 6, 2010

BASIC VISUAL PATHWAYS

Assalamualaikum..

A. The pathway:

Vision is generated by photoreceptors in the retina, a layer of cells at the back of the eye. The information leaves the eye by way of the optic nerve, and there is a partial crossing of axons at the optic chiasm. After the chiasm, the axons are called the optic tract. The optic tract wraps around the midbrain to get to the lateral geniculate nucleus (LGN), where all the axons must synapse. From there, the LGN axons fan out through the deep white matter of the brain as the optic radiations, which will ultimately travel to primary visual cortex, at the back of the brain.

B. Visual fields:

Information about the world enters both eyes with a great deal of overlap. Try closing one eye, and you will find that your range of vision in the remaining eye is mainly limited by your nose. The image projected onto your retina can be cut down the middle, with the fovea defining the center. Now you have essentially two halves of the retina, a left half and a right half. Generally, the halves are referred to as a temporal half (next to your temple) and a nasal half (next to your nose).


Visual images are inverted as they pass through the lens. Therefore, in your right eye, the nasal retina sees the right half of the world, while the temporal retina sees the left half of the world. Notice also that the right nasal retina and the left temporal retina see pretty much the same thing. If you drew a line through the world at your nose, they would see everything to the right of that line. That field of view is called the right hemifield.

So, what you see is divided into right and left hemifields. Each eye gets information from both hemifields. For every object that you can see, both eyes are actually seeing it - this is crucial for depth perception - but the image will be falling on one nasal retina and one temporal retina.



Why bother to divide the retinas at all? Recall that the brain works on a crossed wires system. The left half of the brain controls the right side of the body, and vice versa. Therefore the left half of the brain is only interested in visual input from the right side of the world. To insure that the brain doesn't get extraneous information, the fibers from the retina sort themselves out to separate right hemifield from left hemifield. Specifically, fibers from the nasal retinas cross over at the optic chiasm - whereas the temporal retinas, already positioned to see the opposite side of the world, do not cross. Here is what it looks like:


The practical consequences of this crossing are that damaging the visual system before the chiasm will affect one eye, both hemifields - analogous to closing one eye. Damaging the pathway after the chiasm, though, will damage parts of both eyes, and only one hemifield. There is no easy way to imagine what this would look like. Your field of view would be only 90°, from straight ahead to one side.

C. Lesions

The easiest way to demonstrate to yourself the consequences of lesions is to strike through a pathway, follow the fibers back to the retina, and see what was affected. Notice that there are lines and numbers drawn on the visual field diagram. For each "cut", determine what parts of the patient's visual field will be affected. The way to record a loss of visual field is with two circles, called "perimetry charts" as below. You can think of these circles as a pair of goggles that the patient is looking through, and you blacken those parts of the goggles where vision is lost. This is done separately for each eye, and drawn from the patient's perspective - the right circle represents the right eye. For example:

Lesion 4: Meyer's loop has been cut, so vision will be lost in the upper visual world, but only in the left hemifield.

Lesion 5: Here the parietal portion of the optic radiations were cut, so you would affect the lower visual world on one side.

Lesion 6: At first this seems to be a straightforward loss of one hemifield. However, a curious phenomenon results when cortex itself is lesioned.
Vision at the fovea is spared, perhaps because there is such a large representation of the fovea in the cortex, or perhaps due to overlapping blood supply. The loss of vision is not a complete hemifield, then, but a notched hemifield. This phenomenon is called macular sparing.

D. Anatomy

You should be able to follow the visual pathway through coronal or horizontal sections. In a coronal series, the most rostral thing you will see is the optic chiasm. The optic tracts will diverge and sneak up laterally around the cerebral peduncles before diving into the LGN. Don't confuse the optic chiasm with the anterior commissure; the chiasm will always hang down from the base of the brain, while the commissure will be embedded in tissue.


In horizontal sections you can see the optic radiations clearly, and you can identify the general vicinity of visual cortex. First find the calcarine sulcus on the medial surface of the occipital lobe. Primary visual cortex, or V1, is buried within this sulcus. In a fortuitous section, you may be able to see a fine white stripe running within the grey matter inside the sulcus. This stripe marks V1, and gives it a third name, striate cortex.

"Pemeriksaan Nervus Opticus"

Assalamualaikum,

Alhamdulilah..Skill Lab terakhir udah dijalanin..dengan teman - teman kelompok 9 dan tutor dr.Mona Amelia,M.Biomed. Pada skill lab ini kita lagi mempelajari pemeriksaan visus menggunakan kartu snellen dan pemeriksaan lapangan pandang mata menggunakan tes konfrontasi...ini lah sedikit rangkuman buat pemeriksaan secara keseluruhan nervus opticus...buat kalian semua..enjoy...


Nervus II : Optikus
a) Pemeriksaan ketajaman penglihatan
Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk mengukur ketajaman penglihatan ( visus) dan menentukan apakah kelainan pada penglihatan disebabkan oleh kelainan okuler lokal atau oleh kelainan saraf.

Persiapan:
Ruangan harus mempunyai penerangan yang baik. Yakinkan terlebih dahulu bahwa tidak ada katarak, jaringan parut di kornea atau nebula, iritis, uveitis, glaucoma atau korpus alienum. Awas jangan melakukan pemeriksaan ketajaman penglihatan pada mata buatan!. Tanyakan apakah pasien buta huruf atau tidak. Pemeriksaan ketajaman penglihatan (visus) harus dilakukan pada masing-masing mata secara bergiliran. Pemeriksaan visus ini merupakan pemeriksaan kasar yang tidak bertujuan untuk menentukan lensa kacamata untuk koreksi kelainan refraksi.


Pemeriksaan:
• membandingkan ketajaman penglihatan pemeriksa dengan jalan pasien disuruh melihat benda yang letaknya jauh misal jam didinding, membaca huruf di buku atau koran.
• melakukan pemeriksaan dengan menggunakan kartu Snellen. Pasien diminta untuk melihat huruf huruf sehingga tiap huruf dilihat pada jarak tertentu, kartu snellen ialah huruf huruf yang disusun makin kebawah makin kecil , barisan paling bawah mempunyai huruf huruf paling kecil yang oleh mata normal dapat dibaca dari jarak 6 meter.
contoh visus = 2/60 pasien hanya dapat melihat pergerakan jari pada jarak 2 meter Untuk gerakan tangan harus tampak pada jarak 300 meter. Jika kemampuannya hanya sampai membedakan adanya gerakan , maka visusnya ialah 1/300. Contoh Visus = 3/300 pasien hanya dapat melihat pergerakan tangan pada jarak 3 meter. Namun jika hanya dapat membedakan antara gelap dan terang maka visus nya 1/~, bila dengan sinar lampu masih belum dapat melihat maka dikatakan visus pasien tersebut adalah nol. Bila hendak melakukan pemeriksaan pada mata kanan maka mata kiri harus ditutup dengan telapak tangan kanan dan sebaliknya.
Bila terdapat gangguan ketajaman penglihatan apakah gangguan ketajaman penglihatan yang disebabkan oleh kelainan oftalmologik ( bukan saraf ) misalnya kornea, uveitis, katarak dan kelainan refraksi maka dengan menggunakan kertas yang berlubang kecil dapat memberikan kesan adanya faktor refraksi dalam penurunan visus, bila dengan melihat melalui lubang kecil huruf bertambah jelas maka faktor yang berperan mungkin gangguan refraksi.

b) Pemeriksaan pengenalan warna
Tes untuk pengenalan warna dapat dilakukan dengan menggunakan tes ishihara dan stiling atau dengan potongan benang wol berbagai warna. Pasien disuruh membaca angka berwarna yang tercantum dikartu stiling atau ishihara, atau mengambil wol berwarna sesuai dengan perintah.
c) Pemeriksaan medan(lapangan) penglihatan
Medan penglihatan merupakan batas penglihatan perifer. Medan tersebut adalah ruang dimana sesuatu masih dapat dilihat oleh mata yang pandangannya ditatapkan secara menetap pada satu titik. Kalau kita menatapkan pandangan salah satu mata pada suatu benda, maka gambarannya dapat diserap oleh macula dengan jelas dan tajam. Penglihatan yang diserap oleh macula disebut penglihatan sentral. Namun demikian, secara serentak bagian retina di luar daerah macula dapat menyerap juga gambran tersebut, meskipun kurang tajam dan kurang berwarna. Penglihatan dengan perantaraan retina diluar macula dikenal sebagai penglihatan perifer.

Persiapan:
Untuk setiap tes yang akan dipakai diperlukan kooperasi pasien. Pasien diberi penjelasan terlebih dahulu mengenai tes yang akan diambil. Pertama pasien harus dilatih untuk emnatapkan pandangannya pada suatu titik dan memberitahukan terlihatnya kapas putih atau ujung pensil yang memasuki kawasan medan penglihatannya. Hal ini bertujuan untuk memberitahukan kepada pasien bahwa ia tidak usah mencari dengan menggerakan bola matanya bila sipemeriksa menanyakan sudah ;ihat belum. Ia menunggu saat terlihatnya sesuatu yang dipertunjukkan dengan pandangannya tetap menatap pada titik fiksasi itu. Tes medan penglihatan ini dilakukan secara monokuler.
Dalam klinik dikenal 3 metode tes medan penglihatan, yaitu tes konfrontasi dengan tangan, tes dengan kampimeter, dan tes dengan perimeter.

Pemeriksaan:
• Metode Konfrontasi
Dalam hal ini pasien duduk atau berdiri kurang lebih jarak 1 meter dengan pemeriksa, Jika kita hendak memeriksa mata kanan maka mata kiri pasien harus ditutup, misalnya dengan tangannya pemeriksa harus menutup mata kanannya. Kemudian pasien disuruh melihat terus pada mata kiri pemeriksa dan pemeriksa harus selalu melihat ke mata kanan pasien. Setelah pemeriksa menggerakkan jari tangannya dibidang pertengahan antara pemeriksa dan pasien dan gerakan dilakukan dari arah luar ke dalam. Jika pasien mulai melihat gerakan jari – jari pemeriksa , ia harus memberitahu, dan hal ini dibandingkan dengan pemeriksa, apakah iapun telah melihatnya. Bila sekiranya ada gangguan kampus penglihatan ( visual field ) maka pemeriksa akan lebih dahulu melihat gerakan tersebut.Gerakan jari tangan ini dilakukan dari semua jurusan dan masing masing mata harus diperiksa.

• Tes dengan kampimeter dan perimeter
Kampimeter adalah papan tulis hitam dimana tergambar bundaran dengan garis garis radial berikut dengan bintik buta.

Dengan perimeter didapat hasil yang lebih akurat oleh karena lengkungan perimeter sesuai dengan lengkungan retina. Perimeter dilengkapi dengan tempat untuk meletakkan dagu, sehingga pasien dapat menjalani tes dengan posisi kepala yang tepat tanpa meletihkan diri. Lebih teliti dari tes konfrontasi. Hasil pemeriksaan di proyeksikan dalam bentuk gambar di sebuah kartu.

d) Pemeriksaan fundus
Dilakukan dengan menggunakan oftalmoskop. Funduskopi dilakuakn dengan tujuan menentukan adanya miopi, hipermetropi, atau emetropi; penegnamatn retina; dan pengamatan papil nervi optisi
Persiapan:
Perhatikan posisi atau sikap pasien dan pemeriksa serta kondisi opthalmoskop. Pasien dapat periksa dengan posisi duduk atau berbaring. Periksa terlebih dahulu lampu dan baterai opthalmoscop baik dan lensa yang ditempatkan diantara lubang pengintai dan lubang penyorot adalah berdioptri nol bila pasien emetrop (normal). Sebelum dilakukan pemeriksaan funduskopi kamar periksa digelapkan terlebih dahulu.
Pemeriksaan:
Pemeriksa memegang optalmoskop dengan tangan dominan. Tangan yang lainnya diletakkan diatas dahi pasien dengan tujuan sebagai fiksasi terhadap kepala pasien.kemudian sipemeriksa menyandarkan dahinya dorsum manis pada tangan yang memegang dahi pasien, sehingga mata pasien dan mata pemeriksa berhadapan satu sama lain. Selanjutnya sipemeriksa menempatkan tepi atas teropong optalmoskop dengan lubang pengintai diatas alis. Setelah lampu oftalmoskop dinyalakan, pemeriksa mengarahkan sinar lampu itu ke pupil pasien. Selama funduskopi dilakukan, pasien diminta untuk mengarahkan pandangan matanya jauh kedepan. Bila pandangan itu diarahkan kesinar lampu, sinar lampu akan dipantulkan oleh fovea sentralis ke lubang teropong dan fundus mata sukar mata sukar terlihat.
3) Nervus III (okulomotor)
a) Ptosis
Pada keadaan normal bila seseorang melihat ke depan maka batas kelopak mata atas akan memotong iris pada titik yang sama secara bilateral. Ptosis dicurigai bila salah satu kelopak mata memotong iris lebih rendah dari pada mata yang lain, atau bila pasien mendongakkan kepal ke belakang / ke atas (untuk kompensasi) secara kronik atau mengangkat alis mata secara kronik pula.
b) Gerakan bola mata.
Pasien diminta untuk melihat dan mengikuti gerakan jari atau ballpoint ke arah medial, atas, dan bawah, sekligus ditanyakan adanya penglihatan ganda (diplopia) dan dilihat ada tidaknya nistagmus. Sebelum pemeriksaan gerakan bola mata (pada keadaan diam) sudah dilihat adanya strabismus (juling) dan deviasi conjugate ke satu sisi.
c) Pupil
Pemeriksaan pupil meliputi bentuk dan ukuran pupil, perbandingan pupil kanan dan kiri ( pupil sebesar diameter 1mm, perbedaan masih dianggap normal ), refleks pupil. Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan :
- Refleks cahaya langsung (bersama N. II)
- Refleks cahaya tidak alngsung (bersama N. II)
- Refleks pupil akomodatif atau konvergensi

Bila seseorang melihat benda didekat mata (melihat hidungnya sendiri) kedua otot rektus medialis akan berkontraksi. Gerakan kedua bola mata ini disebut konvergensi. Bersamaan dengan gerakan bola mata tersebut maka kedua pupil akan mengecil (otot siliaris berkontraksi).

Sunday, May 2, 2010

7 Cara Pacaran Islami ala Khadijah-Muhammad

Assalamualaikum...


Seperti telah kita ketahui bersama, makna asli “pacaran” adalah “persiapan nikah”. (Lihat “Definisi & Bentuk Nyata Pacaran Islami“.) Dengan definisi tersebut, di bawah ini hendak aku paparkan pengamatanku mengenai bagaimana berlangsungnya proses yang menjadikan Khadijah-Muhammad siap menikah:

1. TA’ARUF PASIF
: Khadijah mulai “naksir” Muhammad lantaran mendengar kabar mengenai kemuliaan akhlak beliau.

Saat itu, masyarakat Makkah sedang ramai membicarakan Muhammad bin Abdullah, seorang pemuda yang bisa menjaga kejujuran dan keluhuran hati, sementara para pemuda pada umumnya suka berfoya-foya. Khadijah naksir itu bukan lantaran ketampanan atau pun kekayaannya. Malah, saat itu Muhammad saw. merupakan pemuda yang miskin.


2. TA’ARUF AKTIF:
Khadijah menyaksikan sendiri kemuliaan akhlak Muhammad melalui perbincangan dalam tatap muka langsung.

Pada mulanya, ketertarikan Khadijah kepada Muhammad bukanlah dalam rangka kepentingan asmara, melainkan bisnis. Kita tahu, Khadijah ialah seorang pengusaha kaya. Lantas, Khadijah pun memanggil Muhammad dan mengajaknya berbincang-bincang mengenai perdagangan. Dengan perbincangan seperti ini, Khadijah bisa mulai mengecek apakah benar bahwa Muhammad berakhlak mulia.

3. TANAZHUR (TA’ARUF INTERAKTIF): Khadijah dan Muhammad menjalin kerja sama pengembangan karir.

Melalui perbincangan tersebut tadi, Khadijah menganggap bahwa Muhammad adalah sosok yang ia butuhkan untuk berdagang ke negeri Syam. Muhammad pun menerima tugas itu dengan senang hati. Dengan interaksi seperti ini, Khadijah dapat me-recheck atau melakukan pengujian terhadap Muhammad sebelum benar-benar yakin bahwa Muhammad memang berakhlak mulia.


4. TANAZHUR LANGSUNG:
Khadijah mengalami sendiri indahnya menjalin kebersamaan dengan Muhammad yang berakhlak mulia.

Sepulangnya Muhammad saw. dari negeri Syam, Khadijah menerima laporan langsung dari beliau mengenai penunaian tugas berdagang tersebut tadi. Khadijah sangat gembira dan terlihat antusias sekali menyimak laporan tersebut. Secara demikian, tumbuhlah rasa cintanya kepada beliau. Dari hari ke hari, cintanya semakin mendalam.

5. TANAZHUR BERJARING: Khadijah memanfaatkan jaringan (network)-nya untuk memperlancar interaksinya dengan Muhammad.

Maisarah ialah orang kepercayaan Khadijah yang menyertai Muhammad berdagang ke Syam. Ia pun menceritakan pengalaman-pengalaman yang ditemuinya selama perjalanan. Laporan-laporannya mengenai kemuliaan Muhammad menjadikan Khadijah semakin berhasrat untuk menjadi istri beliau.

6. TANAZHUR BERMEDIA: Khadijah mengerahkan “agen cinta” untuk memperlancar hubungannya dengan Muhammad.

Dalam tradisi Arab ketika itu, bila seorang perempuan kaya mendatangi seorang pemuda untuk meminta menikahinya, maka itu dipandang memalukan. Untuk menyiasatinya, Khadijah pun mengutus Nafisah, seorang kepercayaannya lainnya, untuk membujuk Muhammad supaya mau melamar dirinya.

7. KHITBAH: Muhammad melamar Khadijah untuk menjadi istri beliau.

Di depan keluarga Khadijah, Muhammad saw. melamarnya. Maharnya 20 ekor unta. Lamaran pun diterima. Pernikahan itu sendiri dilaksanakan pada waktu 2 bulan 15 hari setelah Muhammad datang dari Syam. Usia Muhammad saat itu 25 tahun, sedangkan Khadijah 40 tahun.

Wallahu'alam

Wallaahu a’lam.

Khadijah binti Khuwailid Istri terkasih Rasulullah SAW.

Khadijah binti Khuwailid ibnu Asad ibnu Abdil Uzza ibnu Qushay – Kakek ke 4 bertemu dengan nasab Nabi

Suami pertama : Abu Halah meninggalkan 2 anak Hindun (laki-laki) dan Abu Halah

Suami kedua : Athik ibnu Ai`d al-Makzumi mempunyai putrid Hindun


Gelar Siti Khaadijah
: At-Thahirah = wanita suci

Khadijah orang paling dicemburui oleh Siti Aisyah :

Aku tidak pernah merasa cemburu kepada seorang wanita sebesar rasa cemburuku pada Khadijah. Aku tidak pernah melihatnya. Tetapi Rasulullah saw. Sering menyebut namanya. Pernah Beliau menyembelih seekor kambing, lalu memotong sebagian dagingnya dan menghadiahkannya kepada sahabat-sahabat Khadijah

Keistimewaan Khadijah :

Kata Siti Aisyah : Rasulullah hampir tidak pernah setiap keluar rumah tanpa menyebut dan memuji Khadijah. Hal ini membuatku cemburu. Bukankah ia seorang tua renta dan engkau telah diberi pengganti yang lebih. Mendengar itu beliau murka hingga bergetar bagian depan rambutnya.

Demi Allah, aku tidak pernah mendapat pengganti yang lebih baik daripada Khadijah. Ia yang beriman kepadaku ketika semua orang ingkar. Ia yang mempercayaiku ketika semua orang mendustakanku. Dan darinya aku memperoleh – sesuatu yang tidak kuperoleh dari istri-istriku yang lain. HR. Ahmad


Salam Dari Allah :


Malaikat Jibril mendatangi Rasulullah saw. Dan berkata : Wahai Muhammad, sebentar lagi, Khadijah akan membawa makanan dan minuman untukmu. Kalau ia datang, sampaikan kepadanya salam dari Allah dan aku.


Dikabarkan akan masuk surga :

R
asulullah bersabda : Aku diperintahkan untuk memberi khabar gembira kepada Khadijah bahwa akan dibangun untuknya di surga sebuah rumah dari permata, tak ada hiruk pikuk dan rasa lelah di sana.

Demikian sekelumit kemulyaan Siti Khadijah. Semoga Allah memberkahi siapa saja yang mengikuti jejak Khadijah dalam menopang misi dakwah Islam serta hormat dan patuh kepada suami demi mencari ridlo Allah.

BIOGRAFI SITI KHADIJAH

Siti Khadijah adalah putri Khuwailid bin As’ad bin Abdul Uzza bin Qushai bin Kilab al-Qurasyiyah al-Asadiyah. Siti Khadijah dilahirkan di rumah yang mulia dan terhormat, pada tahun 68 sebelum hijrah. Khadijah tumbuh dalam lingkungan yang keluarga yang mulia, sehingga akhirnya setelah dewasa ia menjadi wanita yang cerdas, teguh, dan berperangai luhur. Karena itulah banyak laki-laki dari kaumnya yang menaruh simpati padanya. Syaikh Muhammad Husain Salamah menjelaskan bahwa Siti Khadijah, nasab dari jalur ayahnya bertemu dengan nasab Rasulullah pada kakeknya yang bernama Qushay. Dia menempati urutan kakek keempat bagi dirinya.

Pada tahun 575 Masehi, Siti Khadijah ditinggalkan ibunya. Sepuluh tahun kemudian ayahnya, Khuwailid, menyusul. Sepeninggal kedua orang tuanya, Khadijah dan saudara-saudaranya mewarisi kekayaannya. Kekayaan warisan menyimpan bahaya. Ia bisa menjadikan seseorang lebih senang tinggal di rumah dan hidup berfoya-foya. Bahaya ini sangat disadari Khadijah. Ia pun memutuskan untuk tidak menjadikan dirinya pengangguran. Kecerdasan dan kekuatan sikap yang dimiliki Khadijah mampu mengatasi godaan harta. Karenanya, Khadijah mengambil alih bisnis keluarga.

Pada mulanya, Siti Khadijah menikah dengan Abu Halah bin Zurarah at-Tamimi. Pernikahan itu membuahkan dua orang anak yang bernama Halah dan Hindun. Tak lama kemudian suamianya meninggal dunia, dengan meninggalkan kekayaan yang banyak, juga jaringan perniagaan yang luas dan berkembang. Lalu Siti Khadijah menikah lagi untuk yang kedua dengan Atiq bin ‘A’id bin Abdullah al-Makhzumi. Setelah pernikahan itu berjalan beberapa waktu, akhirnya suami keduanya pun meninggal dunia, yang juga meninggalkan harta dan perniagaan.

Dengan demikian, saat itu Siti Khadijah menjadi wanita terkaya di kalangan bangsa Quraisy. Karenanya, banyak pemuka dan bangsawan bangsa Quraisy yang melamarnya, mereka ingin menjadikan dirinya sebagai istri. Namun, Siti Khadijah menolak lamaran mereka dengan alas an bahwa perhatian Khadijah saat itu sedang tertuju hanya untuk mendidik anak-anaknya. Juga dimungkinkan karena, Khadijah merupakan saudagar kaya raya dan disegani sehingga ia sangat sibuk mengurus perniagaan.

Siti Khadijah mempunyai saudara sepupu yang bernama Waraqah bin Naufal. Beliau termasuk salah satu dari hanif di Mekkah. Ia adalah sanak keluarga Khadijah yang tertua. Ia mengutuk bangsa Arab yang menyembah patung dan melakukan penyimpangan dari kepercayaan nenek moyang mereka (nabi Ibrahim dan Ismail).

Para sejawatnya mengakui keberhasilan Siti Khadijah, ketika itu mereka memanggilnya “Ratu Quraisy” dan “Ratu Mekkah”. Ia juga disebut sebagai at-Thahirah, yaitu “yang bersih dan suci”. Nama at-Thahirah itu diberikan oleh sesama bangsa Arab yang juga terkenal dengan kesombongan, keangkuhan, dan kebanggaannya sebagai laki-laki. Karenanya perilaku Khadijah benar-benar patut diteladani hingga ia menjadi terkenal di kalangan mereka.

Pertama kali dalam sejarah bangsa Arab, seorang wanita diberi panggilan Ratu Mekkah dan juga dijuluki at-Thahirah. Orang-orang memanggil Khadijah dengan Ratu Mekkah karena kekayaannya dan menyebut Khadijah dengan at-Thahirah karena reputasinya yang tanpa cacat.

Suatu ketika, Muhammad berkerja mengelola barang dagangan milik Siti Khadijah untuk dijual ke Syam bersama Maisyarah. Setibanya dari berdagang Maysarah menceritakan mengenai perjalanannya, mengenai keuntungan-keuntungannya, dan juga mengenai watak dan kepribadian Muhammad. Setelah mendengar dan melihat perangai manis, pekerti yang luhur, kejujuran, dan kemampuan yang dimiliki Muhammad, kian hari Khadijah semakin mengagumi sosok Muhammad. Selain kekaguman, muncul juga perasaan-perasaan cinta Khadijah kepada Muhammad.

Tibalah hari suci itu. Maka dengan maskawin 20 ekor unta muda, Muhammad menikah dengan Siti Khadijah pada tahun 595 Masehi. Pernikahan itu berlangsung diwakili oleh paman Khadijah, ‘Amr bin Asad. Sedangkan dari pihak keluarga Muhammad diwakili oleh Abu Thalib dan Hamzah. Ketika Menikah, Muhammad berusia 25 tahun, sedangkan Siti Khadijah berusia 40 tahun. Bagi keduanya, perbedaan usia yang terpaut cukup jauh dan harta kekayaan yang tidak sepadan di antara mereka, tidaklah menjadi masalah, karena mereka menikah dilandasi oleh cinta yang tulus, serta pengabdian kepada Allah. Dan, melalui pernikahan itu pula Allah telah memberikan keberkahan dan kemuliaan kepada mereka.

Dari pernikahan itu, Allah menganugerahi mereka dengan beberapa orang anak, maka dari rahim Siti Khadijah lahirlah enam orang anak keturunan Muhammad. Anak-anak itu terdiri dari dua orang laki-laki dan empat orang perempuan. Anak laki-laki mereka, al-Qasim dan dan Abdullah at-Tahir at-Tayyib meninggal saat bayi. Kemudian, empat anak perempuannya adalah Zainab, Ruqayyah, Ummi Kulsum, dan Fatimah az-Zahra. Siti Khadijah mengasuh dan membimbing anak-anaknya dengan bijaksana, lembut, dan penuh kasih sayang, sehingga mereka pun setia dan hormat sekali kepada ibunya.

Setelah berakhirnya pemboikotan kaum Quraisy terhadap kaum muslim, Siti Khadijah sakit keras akibat beberapa tahun menderita kelaparan dan kehausan. Semakin hari kondisi kesehatan badannya semakin memburuk. Dalam sakit yang tidak terlalu lama, dalam usia 60 tahun, wafatlah seorang mujahidah suci yang sabar dan teguh imannya, Sayyidah Siti Khadijah al-Kubra binti Khuwailid.

Siti Khadijah wafat dalam usia 65 tahun pada tanggal 10 Ramadhan tahun ke-10 kenabian, atau tiga tahun sebelum hijrah ke Madinah atau 619 Masehi. Ketia itu, usia Rasulullah sekitar 50 tahun. Beliau dimakamkan di dataran tinggi Mekkah, yang dikenal dengan sebutan al-Hajun.

Karena itu, peristiwa wafatnya Siti Khadijah sangat menusuk jiwa Rasulullah. Alangkah sedih dan pedihnya perasaan Rasulullah ketika itu. Karena dua orang yang dicintainya (Khadijah dan Abu Thalib) telah wafat, maka tahun itu disebut sebagai ‘Aamul Huzni (tahun kesedihan) dalam kehidupan Rasulullah.

Sumber Asli:

Arief, Nurhaeni. Engkau Bidadari Para Penghuni Surga, Kisah Teladan Wanita Saleha. Kafila: Yogyakarta: 2008

Taman, Muslich. Pesona Dua Ummul Mukminin, Teladan Terbaik Menjadi Wanita Sukses dan Mulia. Pustaka Al-Kautsar: Jakarta. 2008

Razwy, Syeda. A. Khadijah, The Greatest of First Lady of Islam. Alawiyah Abdurrahman (terj.). Mizan Publika: Jakarta. 2007

Saturday, May 1, 2010

BEM Fakultas Kedokteran Universitas Riau 2010-2011

Assalamulaikum..

Pada tanggal 29 April 2010 lalu bertepatan hari Kamis, telah diresmikan nya "Pengurus jajaran besar Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Riau dan Badan Legislatif Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Riau". Pelantikan ini berjalan sangat hikmat seraya mengikrar kan janji setya pada organisasi,acara yang dihadiri oleh Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Riau dr.Taswin Yacob,SpS dan Pembantu Dekan III dr.Laode Burhanudin,M.Kes ini sangat memberikan kesan tertentu bagi aktivis - aktivis organisasi khususnya BEM.Pemberian motivasi serta dukungan yang besar dari UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) FK Unri serasa menambah semangat kami untuk menjalan kan visi dan misi BEM kedepannya. Kita berharap dapat terus berkoordinasi dan dapat terus berikatan dalam satu tali bersama UKM lainnya guna tercipta Kamus FK unri yang lebih baik kedepannya..aminn..



Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas KEedokteran Universitas Riau


Gubernum BEM : Sdr. Muhammad Firdaus

Wakil Gubernur BEM : Sdr.Hendra Afrila

Sekretaris : Nanda Juwita Amir

Bendahara : Jendriella


Memiliki 7 Devisi bidang yang dikepalai Oleh tiap - tiap Kepala bidangnya, antara lain;

1. Devisi Penro ( Pendidikan dan Profesi ) ,,Kabid : Bulqis Vellaya Arlem

2. Biro KSK (Kesekretariatan) ,,Kabid ; Erni Yati

3. Devisi Infokom (Informasi dan Komunikasi) .. Kabid: Indah Prasetya Putri

4. Devisi Kastrad (Kajian Strategis) .. Kabid : Aulia Janer

5. Biro Danus (Dana Usaha) ,, Kabid : Shinta Cesarani Azman

6. Devisi Sosdimas (sosial dan Masyarakat) ,, Kabid : Tria Juwita

7. Devisi PSDM (Pengembagan Sumber Daya Manusia) ,, Kabid : Rahmawati













GLAUCOMA!! "Silent the thief of Sight"

Definition of Glaucoma..







Glaucoma is not just one disease, but a group of conditions resulting in optic nerve damage, which diminishes sight. Abnormally high pressure inside your eye (intraocular pressure) usually, but not always, causes this damage.

Glaucoma is the second leading cause of blindness. Sometimes called the silent thief of sight, glaucoma can damage your vision so gradually you don't notice any loss of vision until the disease is at an advanced stage. The most common type of glaucoma, primary open-angle glaucoma, has no noticeable signs or symptoms except gradual vision loss.

Early diagnosis and treatment can minimize or prevent optic nerve damage and limit glaucoma-related vision loss. It's important to get your eyes examined regularly, and make sure your eye doctor measures your intraocular pressure.

Symptomps

The most common types of glaucoma — primary open-angle glaucoma and acute angle-closure glaucoma — have completely different symptoms.

Primary open-angle glaucoma signs and symptoms include:

* Gradual loss of peripheral vision, usually in both eyes
* Tunnel vision in the advanced stages

Acute angle-closure glaucoma signs and symptoms include:

* Severe eye pain
* Nausea and vomiting (accompanying the severe eye pain)
* Sudden onset of visual disturbance, often in low light
* Blurred vision
* Halos around lights
* Reddening of the eye

Both open-angle and angle-closure glaucoma can be primary or secondary conditions. They're called primary when the cause is unknown and secondary when the condition can be traced to a known cause, such as eye injury, inflammation, tumor, or advanced cataract or diabetes. In secondary glaucoma, the signs and symptoms can include those of the primary condition as well as typical glaucoma symptoms.

When to see a doctor
Don't wait for noticeable eye problems. Primary open-angle glaucoma gives few warning signs or symptoms until permanent damage has already occurred. Regular eye exams are the key to detecting glaucoma early enough for successful preventive treatment.

It's best to have routine eye checkups every two years if you're between 18-60 years old, and every year if you're older than 60. Because African-Americans have a much higher risk of glaucoma, they should be screened every three to five years from age 20 to 29, every two to four years from age 30 to 40, and every one to two years thereafter. If you have one or more risk factors for glaucoma, talk to your doctor about scheduling more frequent eye exams.

In addition, be aware that a severe headache or pain in your eye or eyebrow, nausea, blurred vision, or rainbow halos around lights may be the symptoms of an acute angle-closure glaucoma attack. If you experience two or more of these symptoms together, seek immediate care at an emergency room or an eye doctor's (ophthalmologist's) office.

If you've received a diagnosis of glaucoma, establish a regular schedule of examinations with your doctor to be sure your treatment is maintaining a safe pressure in your eyes.

Causes

For reasons that doctors don't completely understand, increased intraocular pressure is usually associated with the optic nerve damage that characterizes glaucoma. This pressure comes from a buildup of aqueous humor, a fluid naturally and continuously produced in the front of your eye.

Aqueous humor normally exits your eye through a drainage system at the angle where the iris and the cornea meet. When the drainage system doesn't function properly, the aqueous humor can't filter out of the eye at its normal rate, and pressure builds within your eye.

In primary open-angle glaucoma, the drainage angle formed by the cornea and the iris remains open, but the microscopic drainage channels in the angle (called the trabecular meshwork) are partially obstructed, causing the aqueous humor to drain out of the eye too slowly. This leads to fluid backup and a gradual increase of pressure within your eye. Damage to the optic nerve is painless and so slow that a large portion of your vision can be lost before you're even aware of a problem. The exact cause of primary open-angle glaucoma remains unknown.

Angle-closure glaucoma, also called closed-angle glaucoma, occurs when the iris bulges forward to narrow or block the drainage angle formed by the cornea and the iris. As a result, aqueous fluid can no longer access the trabecular meshwork at the angle, so the eye pressure increases abruptly. Angle-closure glaucoma usually occurs suddenly (acute angle-closure glaucoma), but it can also occur gradually (chronic angle-closure glaucoma.)

Many people who develop closed-angle glaucoma have an abnormally narrow drainage angle to begin with. This narrow angle may never cause any problems, so it may go undetected for life.

If you have a narrow drainage angle, sudden dilation of your pupils may trigger acute angle-closure glaucoma. Pupils become dilated in response to darkness, dim light, stress, excitement and certain medications. These medications include antihistamines, such as desloratadine (Clarinex) and cetirizine (Zyrtec); tricyclic antidepressants, such as doxepin (Sinequan) and protriptyline (Vivactil); and eyedrops used to dilate your pupils for a thorough eye exam.

Another form of the disease, poorly understood but not uncommon, is low-tension glaucoma. In this form, optic nerve damage occurs even though eye pressure stays within the normal range. Why this happens is unknown. Some experts believe that people with low-tension glaucoma may have an abnormally sensitive optic nerve or a reduced blood supply to the optic nerve caused by atherosclerosis — an accumulation of fatty deposits (plaques) in the arteries — or another condition limiting circulation. Under these circumstances, even normal pressure on the optic nerve seems to be enough to cause damage.

Pigmentary glaucoma, a type of glaucoma that can develop in young to middle-aged adults, is associated with a dispersion of pigment granules within the eye. The pigment granules appear to arise from the back of the iris. When the granules accumulate on and in the trabecular meshwork, they can interfere with the outflow of aqueous and cause a rise in pressure. Physical activities, such as jogging, sometimes stir up the pigment granules, depositing them on the trabecular meshwork and causing intermittent pressure elevations. This type of glaucoma can usually be easily diagnosed by your ophthalmologist.

Risk Factors

Because chronic forms of glaucoma can destroy vision before any signs or symptoms are apparent, be aware of these factors:

* Elevated internal eye pressure (intraocular pressure). If your intraocular pressure is higher than normal, you're at increased risk of developing glaucoma, though not everyone with elevated intraocular pressure develops the disease.
* Age. Everyone older than 60 is at increased risk of glaucoma. For certain population groups such as African-Americans, however, the risk is much higher than expected and the process is detectable at a younger age than is the case for the general population. African-Americans should begin to have their eye pressure monitored before age 30.
* Ethnic background. African-Americans are six to eight times more likely to get glaucoma than are Caucasians, and they are much more likely to experience permanent blindness as a result. Mexican-Americans also face an increased risk. Asian-Americans are at slightly higher risk of angle-closure glaucoma, and Japanese-Americans are at a greater risk of developing low-tension glaucoma. The reasons for these differences aren't clear.
* Family history of glaucoma. If you have a family history of glaucoma, you have a much greater risk of developing it. Glaucoma may have a genetic link, meaning there's a defect in one or more genes that may cause certain individuals to be unusually susceptible to the disease. A form of juvenile open-angle glaucoma has been clearly linked to genetic abnormalities.
* Medical conditions. Diabetes increases your risk of developing glaucoma. A history of high blood pressure or heart disease also can increase your risk, as can hypothyroidism.
* Other eye conditions. Severe eye injuries can result in increased eye pressure. Injury can also dislocate the lens, closing the drainage angle. Other risk factors include retinal detachment, eye tumors and eye inflammations, such as chronic uveitis and iritis. Certain types of eye surgery also may trigger secondary glaucoma.
* Nearsightedness. Being nearsighted, which generally means that objects in the distance look fuzzy without glasses or contacts, increases the risk of developing glaucoma.
* Prolonged corticosteroid use. Using corticosteroids for prolonged periods of time appears to put you at risk of getting secondary glaucoma. This is especially true if you use corticosteroids eyedrops.

Complications

If left untreated, glaucoma will cause progressive vision loss, typically in these stages:

* Blind spots in your peripheral vision
* Tunnel vision
* Total blindness


Preparing

Ongoing care from an eye doctor (ophthalmologist) is the key to preserving your sight if you have glaucoma. Your ophthalmologist will reinforce the importance of lifelong treatment so that you'll stick with it.

If your primary care physician refers you to an ophthalmologist because you may have glaucoma, you should be ready to discuss the following:

* Any family history of glaucoma
* Your own medical history, including regular medications
* Personal history of eye problems
* The kind of screening test your primary physician performed before recommending that you see an ophthalmologist
* The intraocular pressure your primary physician may have measured


Tests and diagnosis

These are some of the tests that can establish a diagnosis of glaucoma:

* Tonometry. Tonometry is a simple, painless procedure that measures your intraocular pressure, after numbing your eyes with drops. It is usually the initial screening test for glaucoma.
* Test for optic nerve damage. To check the fibers in your optic nerve, your eye doctor uses an instrument that enables him or her to look directly through the pupil to the back of your eye. This can reveal slight changes that may indicate the beginnings of glaucoma.
* Photographs and drawings of the optic nerve. These images may be useful for documenting the severity of the condition.
* Visual field test. To check whether your visual field has been affected by glaucoma, your doctor uses a special test to evaluate your peripheral (side) vision.
* Pachymetry. Your eyes are numbed for this test, which determines the thickness of each cornea, an important factor in diagnosing glaucoma. If you have thick corneas, your eye pressure reading may read artificially high even though you may not have glaucoma. Similarly, people with thin corneas can have normal pressure readings and still have glaucoma.
* Other tests. To distinguish between open-angle glaucoma and angle-closure glaucoma, your eye doctor may use a technique called gonioscopy in which he or she places a special lens on your eye to inspect the drainage angle. Another test, tonography, can measure how quickly fluid drains from your


Test and treatment

Glaucoma treatments reduce intraocular pressure by improving aqueous outflow, reducing the production of aqueous, or both. Glaucoma can't be totally cured, and damage caused by the disease can't be reversed, but treatment and regular checkups can prevent visual loss in people with very early glaucoma. If visual loss has already occurred, treatment can slow or prevent further vision loss.

Eyedrops

Glaucoma treatment often starts with medicated eyedrops. Be sure to use the drops exactly as prescribed; otherwise, your optic nerve damage could get even worse. If your doctor prescribes more than one type of eyedrop, make sure to ask how long to wait between applications. Because some of the eyedrops are absorbed into your bloodstream, you may experience side effects unrelated to your eyes. To minimize this absorption, close your eyes for one to two minutes after putting the drops in. Press lightly at the corner of your eye near your nose to close the tear duct, and wipe off any unused drops from your eyelid.

The types of most commonly prescribed eyedrops include:

* Beta blockers. These reduce the production of aqueous humor. Examples include levobunolol (Betagan), timolol (Betimol, Timoptic), betaxolol (Betoptic) and metipranolol (OptiPranolol). Possible side effects include difficulty breathing, slowed pulse, hair loss, lower blood pressure, impotence, fatigue, weakness, depression and memory loss. If you have asthma, bronchitis or emphysema, medications other than beta blockers may be recommended because beta blockers may worsen breathing problems. Your doctor also may recommend avoiding beta blockers if you're taking insulin for diabetes.

* Alpha-agonists. These reduce the production of aqueous humor and increase drainage. Examples include apraclonidine (Iopidine) and brimonidine (Alphagan). Possible side effects include fatigue; dizziness; red, itchy or swollen eyes; dry mouth; and allergic reactions.

* Carbonic anhydrase inhibitors. These also reduce the production of aqueous humor. Examples include dorzolamide (Trusopt) and brinzolamide (Azopt). Frequent urination and a tingling sensation in the fingers and toes are possible side effects, occurring more often with oral carbonic anhydrase inhibitors than with anhydrase inhibitor eyedrops. If you have an allergy or sensitivity to sulfa drugs, don't use these medications unless there's no alternative.

* Prostaglandin-like compounds. These eyedrops increase the outflow of aqueous humor. Examples include latanoprost (Xalatan), bimatoprost (Lumigan) and travoprost (Travatan). Possible side effects include mild reddening and stinging of the eyes and darkening of the iris, changes in the pigment of the eyelid skin, and blurred vision from swelling of the retina.


* Miotic or cholinergic agents. These also increase the outflow of aqueous
humor. Examples include pilocarpine (Isopto Carpine, Pilopine) and carbachol (Isopto Carbachol). Possible side effects are pain around or inside the eyes, brow ache, blurred or dim vision, nearsightedness, allergic reactions, a stuffy nose, sweating, increased salivation, and occasional digestive problems.


* Epinephrine compounds. These compounds, such as dipivefrin (Propine), also increase the outflow of aqueous humor. Possible side effects include red eyes, allergic reactions, palpitations, increased blood pressure, headache and anxiety.


Oral medications


If eyedrops alone don't bring your eye pressure down to the desired level, your doctor may also prescribe an oral medication. Doctors commonly prescribe carbonic anhydrase inhibitors, such as acetazolamide (Diamox Sequels) and methazolamide (Neptazane), for glaucoma. Take these pills with meals to reduce side effects. Add bananas and apple juice to your diet to minimize the potassium loss caused by these medications.

Initially, carbonic anhydrase inhibitors may cause frequent urination and a tingling sensation in your fingers and toes. After several days, these symptoms usually disappear. Other possible side effects of carbonic anhydrase inhibitors include rashes, depression, fatigue, kidney stones, lethargy, stomach upset, a metallic taste in carbonated beverages, impotence and weight loss.

Neuroprotective drugs

Lowering the intraocular pressure provides only a partial solution when it comes to preserving vision in people with glaucoma. Ongoing clinical trials are evaluating certain drugs, such as brimonidine (Alphagan) and memantine (Namenda), to determine if they may help protect the optic nerve from damage associated with glaucoma.

Surgery

You may need surgery to treat glaucoma if you can't tolerate medications or if they're ineffective. Sometimes a single surgical procedure may not lower eye pressure enough, in which case you'll need to continue using glaucoma drops or have another operation. Possible complications from glaucoma surgery may include infection, bleeding, abnormally high or low eye pressure, and, potentially, loss of vision. Having eye surgery may also speed up the development of cataracts. Most of these complications can be effectively treated.

Surgeries used to treat glaucoma include:

*Laser surgery. In the last couple of decades, a procedure called trabeculoplasty (truh-BEK-u-lo-plas-tee) has had an increased role in treating open-angle glaucoma. After giving you an anesthetic eyedrop, the doctor uses a high-energy laser beam to open clogged drainage canals and help aqueous humor drain more easily from the eye.

This is an office procedure lasting 10 to 20 minutes, and you can usually resume normal activities without discomfort. The doctor will need to check your eye pressure several times in the following weeks. It may take a few weeks before the full effect of the surgery becomes apparent.

In almost all cases, laser surgery for glaucoma initially lowers intraocular pressure. After time, however, intraocular pressure may begin to increase.


* Filtering surgery. If eyedrops and laser surgery aren't effective in controlling your eye pressure, you may need an operation called a filtering procedure, usually in the form of a trabeculectomy (truh-bek-u-LEK-tuh-me).

This procedure is done in a hospital or an outpatient surgery center. You'll receive eyedrops, a medication to help you relax and usually an injection of anesthetic to numb your eye. Using delicate instruments under an operating microscope, your surgeon creates an opening in the sclera — the white of your eye — and removes a small piece of the trabecular meshwork. The aqueous humor can now freely leave the eye through this hole. As a result, your eye pressure will be lowered. The hole is covered by the conjunctiva, so trabeculectomy leaves no open hole in your eye. This procedure works best if you haven't had any previous eye surgery. Your doctor will check your eye during several follow-up visits and you'll need to use antibiotic and anti-inflammatory eyedrops to fight infection and scarring of the newly created drainage opening.

A new procedure performed within the eye removes a targeted strip of trabecular meshwork with a tiny electrocauterizing tool. The tool is introduced into the eye's drainage canal through a 1/16-inch (1.5-millimeter) incision at the edge of the cornea. A predetermined section of the trabecular meshwork can be removed from the inside of the eye with this instrument. Early reports indicate this procedure is effective and associated with few complications.
* Drainage implants. Another type of operation, called drainage implant surgery, may be an option for people with secondary glaucoma or for children with glaucoma. Drainage implant surgery takes place in a hospital or an outpatient clinic, and consists of a doctor inserting a small silicone tube in your eye to help drain aqueous humor. After the surgery, you'll wear an eye patch for 24 hours and use eyedrops for several weeks to fight infection and scarring.


Treating acute angle-closure glaucoma

Acute angle-closure glaucoma is a medical emergency. When you come in with this condition, doctors may administer several medications to reduce eye pressure as quickly as possible. You'll also likely have an iridotomy, a laser procedure that creates a small hole in your iris so that aqueous humor can pass into the trabecular meshwork. Many doctors recommend an iridotomy on the other eye at a later date because of the high risk that its drainage angle will close as well.


Lyfe Style and Remedies

If you have elevated intraocular pressure or glaucoma, follow these lifestyle tips.

* Sip fluids frequently. Drink small amounts of fluids over the course of a day. Drinking a quart or more of any liquid within a short time may temporarily increase eye pressure.


* Exercise safely. Regular exercise may reduce eye pressure in open-angle glaucoma. However, eye pressure may increase after exercise in one form of secondary glaucoma — pigmentary glaucoma, an inherited disorder marked by dispersion of pigment granules throughout the eye. With vigorous exercise, the pigment granules can become stirred up and deposit themselves on the trabecular meshwork causing an increases in pressure. It's especially important to avoid head-down yoga positions and stretches, since these positions may increase intraocular pressure. Talk to your doctor about an appropriate exercise program.


Video of Glaucoma






_mayoclinic_