Friday, March 19, 2010

Bayi Gemuk = Bayi Sehat ?

Bayi yang lahir dengan berat badan (BB) di atas 4 kilogram dapat dikategorikan sebagai giant baby. Dalam dunia kedokteran, giant baby disebut makrosomia. Kemunculan bayi seperti ini disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, faktor kondisional atau hanya diduga penyebabnya, semisal orangtuanya memang besar atau karena memang lingkungannya (faktor gizi) yang memungkinkan bayi mempunyai BB besar. Kedua, faktor ibu hamil yang menderita diabetes mellitus. Ketiga, faktor ibu yang mengalami kelebihan berat badan (obesitas), dan terakhir, faktor ibu mengalami kehamilan lebih bulan.

Yang bermasalah dan cukup sering terjadi adalah faktor kedua, ibu saat hamil mengalami diabetes mellitus atau yang biasa disebut diabetes gestasional (diabetes yang disebabkan kehamilan).

Menit-menit pertama menjelang kelahiran bayi amat menentukan karena risiko pada bayi “raksasa” adalah hipoglikemi (kadar gula kurang dari 40). Padahal, hipoglikemi pada bayi tidak boleh terjadi, karena ancaman yang paling besar adalah bayi bisa kejang dan hipoksia, ujung-ujungnya merusak otak.

Selain memeriksa kadar gula pada si bayi setelah dia lahir, dokter juga harus bersiap memberikan asupan gula pada bayi supaya hipoglikemi tidak terjadi. Jika kondisi masih dinilai sehat, anak cukup diberi minum gula. Tetapi jika sebaliknya, dokter akan memberikan asupan gula dengan cara infus. Biasanya jika tindakan dilakukan langsung pada jam-jam pertama bayi dilahirkan, setelah dilakukan penanganan seperti itu kadar gula bayi akan kembali normal. Kejang dan hipoksia tidak akan terjadi. Selamatlah si kecil dari ancaman kerusakan otak dan organ vital lainnya, seperti ginjal, jantung, dan pencernaan.

Setelah masa krisis terlewati, apa lagi yang harus dilakukan oleh dokter?
Dokter akan memantau dan meminta orangtua agar menjaga BB bayi untuk tetap di rentang normal, atau setidaknya tidak membuatnya bertambah besar. Cara terbaik untuk ini adalah dengan memberikan ASI eksklusif, dan diteruskan dengan tata laksana pemberian MPASI dan asupan makanan selanjutnya yang terukur.

Ingat, ASI adalah yang utama karena nutrisinya sudah sesuai dengan kebutuhan bayi saat itu. Ibu tidak disarankan memberikan susu formula karena kita tidak bisa menentukan seberapa banyak kebutuhan ideal si bayi mendapatkan nutrisi dengan susu formula. Protein susu formula juga susah dicerna bayi sehingga menumpuk di badannya. Jangankan bayi yang dilahirkan dengan berat badan di atas rata-rata, bayi normal pun jika diberikan susu formula bisa mengubahnya menjadi bayi “raksasa”.

Bagaimana agar berat badan giant baby ini tidak “kebablasan”?
Berat badan giant baby harus dikontrol secara ketat. Pertambahan BB tidak boleh lebih dari 1 kg/bulan dalam tiga bulan pertama setelah kelahiran. Tiga bulan selanjutnya, maksimal penambahan BB-nya 600 gr. Tiga bulan selanjutnya berkurang lagi, setiap bulannya tidak boleh lebih dari 300-400 gram.

Target tersebut dapat tercapai bila sang ibu memberikan ASI. Tetapi jika memberikankan formula, lakukanlah ASI mix. Maksudnya, siang si kecil diberi susu formula sesuai dengan takaran yang dianjurkan dokter. Malam harinya, biarkan si kecil menetek. Tak jadi masalah jika ASI tidak keluar.

Apa lagi yang perlu diperhatikan dalam merawat bayi besar ini?
Risiko lain dari giant baby adalah respons imunologinya terlalu hebat, sehingga kalau bayi terkena demam berdarah (DB), risiko krisisnya lebih tinggi daripada bayi yang respons imunologinya normal. Karena itu bayi harus dijaga betul kesehatannya agar jangan sampai terkena penyakit-penyakit akibat bakteri, kuman, virus, dan sebagainya.

Bayi besar juga rentan mengidap diabetes mellitus (DM). Karena pada bayi “raksasa”, lemak-lemak dalam tubuhnya membuat resistensi insulin. Efeknya, tubuh bayi tidak mampu mengolah gula yang masuk ke dalam tubuh dari makanan atau minuman. Akhirnya, gula di dalam darah akan meningkat. Dalam jangka panjang, bila BB-nya dibiarkan terus bertambah tak terkendali, saat masuk usia produktif kemungkinan akan mengidap penyakit stroke, jantung, dan hiperkolesterol, cukup besar.

Mengingat risiko gangguan kesehatannya besar, bisakah menghindari melahirkan giant baby?
Bisa saja. Misalnya, ibu menjaga BB-nya selama hamil dalam batasan normal. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Asosiasi Kebidanan dan Kandungan Amerika yang dipublikasikan dalam jurnal Kebidanan dan Kandungan, mengungkap, ibu hamil yang mengalami peningkatan berat badan lebih dari 18 kg tetap berpotensi melahirkan bayi besar sekalipun dia tidak mengidap diabetes gestasional. Ini karena ibu hamil gemuk berisiko 4 sampai 12 kali untuk melahirkan bayi besar.

Kelompok paling berisiko tinggi adalah ibu hamil yang mengalami peningkatan berat badan lebih dari 18 kg sekaligus mengidap diabetes gestasional, dimana hampir 30% dari kelompok ini melahirkan bayi besar. Sementara ibu hamil berbobot normal sekaligus mengidap diabetes yang melahirkan bayi besar jumlahnya hanya berkisar 13,5%.

Selain itu, perlu diperhatikan bahwa janin yang terlampau besar berisiko mempersulit proses kelahiran, seperti meningkatkan kemungkinan perobekan atau perdarahan vagina, serta kemungkinan harus melahirkan lewat operasi sesar. Sementara si janin sendiri berisiko mengalami "macet" di bahu atau patah tulang selangka saat proses kelahiran. Oleh sebab itu, usahakan BB ibu selama bersalin dalam batasan normal sehingga BB anak ketika lahir juga pada kisaran normal.






Narasumber: dr. I.G.A.N Partiwi, SpA.MARS, ahli kesehatan anak dari RSIA Bunda, Jakarta.

(Gazali Solahuddin)

No comments:

Post a Comment